PENYEBAB DAN CARA MENCEGAH PENYAKIT JANTUNG
Pada umumnya orang hanya mengaitkan timbulnya penyakit jantung dengan tingginya
kadar kolesterol dalam tubuh. Pendapat tersebut jelas bukan pendapat keliru, akan tetapi, beberapa ahli penyakit jantung menyimpulkan bahwa penyakit jantung ternyata erat kaitannya dengan kadar homosistein dalam darah.
PENYAKIT JANTUNG ASALNYA DARI METABOLISME METIONIN
Seorang dokter asal Amerika menyatakan bahwa homosistein merupakan senyawa antara, yang dihasilkan pada metabolisme metionin (yaitu sejenis asam amino esensial). Makanan seperti telur, keju, daging, makanan kaleng, tepung terigu, serta makanan yang dimasak berkali – kali ternyata banyak mengandung metionin.
Metionin sangat dibutuhkan oleh tubuh. Homosistein akan diubah oleh tubuh agar menjadi
sistein atau menjadi metionin. Untuk itu, tubuh memerlukan enzim yang berfungsi mengubah homosistein menjadi sistein atau metionin. Kerja enzim ini ditentukan oleh ketersediaannya vitamin B6, vitamin B12 serta asam folat di dalam tubuh. Apabila zat – zat tersebut tidak cukup tersedia di dalam tubuh, maka kadar homosistein dalam darah akan meningkat.
Selain disebabkan oleh kurangnya vitamin B6, B12, maupun asam folat, meningkatnya kadar homosistein juga dipengaruhi oleh faktor kondisi klinik (
diabetes,
gagal ginjal,
hipotiroid). Disamping itu gangguan fungsi enzim akibat adanya mutasi genetik, faktor fisiologi, kondisi menopause bagi perempuan serta penurunan fungsi ginjal juga turut mempengaruhi tingginya kadar homosistein dalam darah. Tak kalah pentingnya adalah mengkonsumsi obat – obatan antifolat seperti methotexate, antikonvulsan, trimetoprim, serta anestesi nitrit oksida, juga akan berpengaruh terhadap kadar homosistein dalam darah.
Secara kasuistis, penderita penyakit jantung di seluruh dunia, 15 persennya ternya disebabkan oleh tingginya kadar homosistein dalam darah manusia. Selain itu, penyakit – penyakit lainnya seperti penyakit pembuluh darah juga diakibatkan oleh peningkatan kadar homosistein dalam darah.
HUBUNGAN HOMOSISTEIN DALAM DARAH DENGAN PENYAKIT JANTUNG BUKAN TEORI BARU
Menurut Dr. Strand, teori mengenai homosistein ini mulanya dicetuskan oleh Dr. Kilmer McCully, seorang ahli patologi (ilmu penyakit), seorang peneliti alumni Harvard Medical School pada pertengahan tahun 1960-an. Dr. McCully lalu menjadi salah seorang ahli patologi di Massachusetts General Hospital dan asisten dosen di Harvad Medical School. Sejak awal karirnya, Dr. McCully sangat tertarik pada gangguan akibat kelainan metabolisme genetis. Gangguan akibat kelainan metabolisme genetis ini, kemudian disebut homosistinuria.
Ia mengamati anak-anak yang menderita kelainan tersebut sehingga tubuhnya tidak bisa memetabolisme metionin. Karena itu, kadar homosistein dalam darahnya sangat tinggi. Ia heran karena diantara dua orang anak laki-laki diantaranya meninggal karena serangan jantung, padahal umurnya belum mencapai 8 tahun. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan bahwa kerusakan terjadi pada pembuluh darah kedua anak itu mirip dengan yang dialami laki-laki tua yang mengalami pengerasan pembuluh darah sangat parah. Hal itu membuatnya mulai menduga adanya hubungan antara kadar homosistein dalam darah dengan kejadian serangan jantung maupun stroke pada rata-rata pasien.
Teori tentang homosistein itu lalu dilaporkan Dr. McCully di beberapa jurnal pada akhir 1960-an atau sekitar awal 1970-an. Sehingga Dia mendapat sambutan sangat antusias. Namun teori mengenai tinggi kadar kolesterol dalam darah sebagai penyebab serangan jantung di kemudian hari justru lebih dikenal orang.
Tahun 1990-an, Dr. Meir Stampfer, pengajar nutrisi dan epidemiologi dari Harvard School of Public Health, melaporkan bahwa meski kadar homosistein hanya sedikit meningkat, sebenarnya sudah cukup meningkatkan resiko terkena serangan jantung. Bulan Februari 1995, Dr. Jacob Selbub juga melaporkan di New England Journal of Medicine bahwa tingginya kadar homosistein berhubungan dengan meningkatnya risiko penyempitan dua pembuluh darah utama yang memasok darah ke otak. Selhub juga mencatat bahwa umumnya pasien dengan homosistein tinggi juga rendah kadar asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 dalam darahnya.
Lama-lamaan, meski belum diterima oleh semua pihak, umumnya peneliti di Amerika menyadari bahwa homosistein adalah faktor resiko independen bagi penyakit jantung serta pembuluh darah. Teori itu juga menjelaskan mengapa ada orang bisa terkena serangan jantung meski kadar kolesterol dalam darahnya normal.
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG HARUS BANYAK MENGKONSUMSI SAYURAN DAN BUAH - BUAHAN
Makanan yang banyak akan kadar homosistein, akan menambah sulit bagi tubuh untuk melakukan metabolisme serta mengubahnya menjadi metionin. Untuk itu mulailah mengkonsumsi
sayur – sayuran hijau serta buah - buahan kaya vitamin, khususnya vitamin B6, B12, serta mengandung asam folat agar dapat membantu enzim tubuh bekerja mengubah homosistein dalam darah menjadi metionin.
Tidak semua ketiga jenis vitamin B tersebut terdapat pada sayur – sayuran serta buah –buahan saja. Terlebih lagi vitamin B 12, juga bisa ditemukan pada bahan pangan hewani. Untuk itu sebaiknya para penderita penyakit jantung lebih selektif lagi untuk memilih sumber vitamin tersebut yang ada pada sayur - sayuran atau buah – buahan (nabati) saja.
Sebaliknya, kita juga harus membatasi makan – makanan sumber protein hewani, kaya lemak jenuh serta kolesterol, seperti pada daging, jeroan, agar kesehatan jantung kita terpelihara dengan baik, sehingga kita bisa terbebas dari serangan penyakit jantung.
Dokter Strand sendiri memberikan anjuran bagi penderita penyakit jantung agar lebih banyak mengkonsumsi suplemen asam vitamin B6, vitamin B12 maupun asam folat. Meski demikian, ia mengakui bahwa tidak semua pasien penderita penyakit jantung memberikan respon positif dengan pemberian suplemen vitamin B. Hal itu menunjukkan bahwa pasien penderita penyakit jantung tersebut mempunyai masalah lain dalam memproses homosistein menjadi senyawa yang tidak membahayakan tubuhnya.
Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai berapa banyak kadar homosistein dalam darah disebut ideal, agar kesehatan jantung dapat terjaga. Namun Dr. Strand memiliki pendapat bahwa semakin tinggi kadar homosistein dalam darah, maka akan semakin tidak bagus bagi kesehatan tubuh. Sebaliknya, semakin rendah kadar homosistein dalam darah, maka akan semakin baik pula bagi kesehatan tubuh. Kalau memungkinkan, sebaiknya di bawah 7. Karena memang pada dasarnya, belum diketahui manfaat dari homosistein bagi kesehatan. Hal ini berbeda dengan kolesterol, dimana tubuh juga membutuhkannya untuk memproduksi bagian-bagian sel tertentu dan hormon. Semoga bermanfaat.
TERIMA KASIH, ANDA TELAH MENGUNJUNGI INFO SEPUTAR KITA. SEMOGA MENDAPATKAN MANFAAT